Kembalikan mimpiku

Senin, 24 Oktober 2011
Aku adalah burung yang bersayap putih dan berbulu paling lembut diantara kawan-kawanku. Bukannya aku pongah, tapi memang banyak burung lain yang cemburu pada saljunya buluku. Leherku ramping dan kuat dengan warna putih dan coklat susu, badanku pun serupa. Namun hanya sayapku lah yang paling putih, putih tanpa cela coklat susu dan itu yang menambah keelokan rupaku. Paruhku berwarna coklat merah muda dengan ujung berkelok sedikit, tapi yang lebih aku sukai adalah mataku, mataku coklat tua nyalang siap memangsa. Setiap pagi dan senja aku selalu mengepakkan sayapku dengan berlatar matahari, aku selalu suka matahari terbit ataupun tenggelam, menurutku akan begitu kontras warnaku dengannya. Dan aku akan lebih melebarkan kepak sayapku ketika matahari terlihat separuh, namun saat matahari benar-benar pergi, aku akan menghentikan kepakku dan bertengger di dahan pohon, pohon yang sama. Aku suka melamun di dahan itu, dahan pohon mahoni, ramping, anggun dan kuat, daunnya pun lebat menaungi tanah sekelilingnya. Lamunanku  seringkali berujung kepedihan, bukannya aku tidak terima oleh takdir Tuhanku, tapi karena aku sering melakukan hal yang menurutku baik tapi tak sepaham dengan kawanku yang lain. Perlu kau tau, aku burung cantik yang kesepian, aku hanya berteman sedikit bukan aku memilih, tapi mereka yang enggan bermain denganku, akupun tak mengerti alasan mereka.
Senja itu, ketika aku menunggu matahari tenggelam tiba-tiba teman kecilku menghampiriku di dahan mahoni, aku tidak mendengar kepaknya, ah dia selalu mengendap untuk mendatangiku. Dia adalah burung sekelompok denganku, berwarna gading dengan sayap serupa, tidak ada warna lain di bulunya. Entah mengapa dia datang pada waktu ini, padahal dia tau aku tidak pernah melewatkan saat matahari tinggal separuh, aku enggan bercerita dengannya, tapi dia tetap berceloteh seperti biasa, terpaksa aku larut dalam bincangnya. Akhirnya matahari separuh, aku bersorak menyambutnya, tanpa pamit dengan temanku aku terbang menghampirinya, terbang kawan, aku terbang dengan sayapku, lepas dan inilah impianku. Aku terbang dan ingin rasanya menghentikan waktu agar aku bisa lebih lama terbang mengejar mimpiku, aku ingin teriak agar semua tahu begitu banyak mimpiku. Angin senja membelai bulu putihku, aku memandang cakrawala tanpa batas, disinilah mimpiku akan ku raih. Tiba-tiba teman gading itu menyusul, aku tidak tahu sejak kapan karena aku baru sadar saat matahari hanya siluet dia sudah tersenyum disampingku, aku tidak suka itu, dia merusak mimpiku senja ini. Aku begitu marah dengan tingkahnya, aku diam kembali di dahan mahoni, dan dia masih menemaniku senja ini.
Setelah saat itu, teman gadingku itu selalu datang di pohonku, menemaniku melamun dan terbang bersamaku, bersama semua mimpi dalam benakku. Menurutku, dia tidak pantas terbang mengiringi matahari, karena akan sangat tidak pas warna gadingnya dengan matahari jingga. Rasanya aku ingin teriak, mengadu dalam bebasku.
24 Oktober 2011

 

0 komentar:

Posting Komentar