Pagi hujan, semalam mendung menggambarkan langit.
Dari jendela lapuk berbau mendung perempuan hujan berperasa biru dalam gaun ungu menunggu gerimis.
Sayu dan bertekuk mata perempuan hujan, lelah diantara hujan.
Malaikat turun bersemayam dengan deras, perempuan hujan tengadah mendengungkan doa.
Selalu doa yang sama di setiap hujan,
Dalam naungan rintik perempuan hujan beranjak dari jendelanya, merasakan setiap peluh dari Rabbnya.
Terkutuk dalam setiap tetes, tersurat dalam guyuran, wanita hujan.
Perempuan hujan tidak berbenah, beringsut pun enggan.
Hitam seketika, bertambah pekat dan keras.
Perempuan hujan masih dalam hujannya, seakan siap beradu dengan Tuhannya.
Memanjat meminta pengampunan, merintih meminta terlepas.
Tersebab seseorang disana telah bahagia, disusul seseorang yang lain.
Bukan perempuan itu cemburu, hanya bertanya kepada Pemberi hujan.
Apa dia menjadi berkesah dan sepi seorang.
Berselonjor peluh hujan menunggu dipinang.
Tersampai rasa ingin yang menggebu tersurat kepadaNya.
Berganti hanya titik-titik embun,
Perempuan hujan masih terpekur di tempat tadi bermunajat.
Sampai hujan berganti, tak jenuh dia mengadu.
# Semoga dia dan dia berbahagia disana.
Tengah hari dalam bau hujan, 7 November 2011.